FILSAFAT PENDIDIKAN
Secara etimologis, kata filsafat memiliki arti yang sepadan dengan kata “falsafah” dalam bahasa Arab atau kata “philosophy” dalam bahasa Inggris, atau kata “philosophie” dalam bahasa Perancis dan Belanda, atau “philosophier” dalam bahasa Jerman. Semua kata itu berasal dari kata Latin “philosophia” sebuah kata benda yang merupakan hasil dari kegiatan “philosophien” sebagai kata kerjanya. Kata “philosophia” berasal dari bahasa Yunani, yakni ”philein” (mencintai) atau “philia” (persahabatan, atau tertarik kepada…) dan “Sophos” (kebijaksanaan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi). Kata yang hampir sama dengan “philien” atau “philia” dan “Sophos” tersebut juga dijumpai dalam bahasa Latin, yaitu: “philos” (teman atau sahabat) dan “Sophia” (kebijaksanaan)
Dengan demikian, secara etimologis kata filsafat dapat diartikan sebagai cinta atau kecenderungan akan kebijaksanaan, atau cinta secara mendalam akan kebijaksanaan atau cinta sedalam-dalamnya akan kearifan atau cinta secara sungguh-sungguh terhadap pandangan, kebenaran (love of wisdom or love of the vision or truth)
Definisi filsafat secara terminologis
Sementara itu, secara terminologis filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Filsafat dapat pula dimengerti sebagai proses reflektif dari budi manusia yang mengarah pada kejelasan (clarification), kecerahan (enlightenmen), keterangan (explanation), pembenaran (justification), pengertian sejati (insight), dan penyatupaduan (integration). Filsafat dalam arti formal biasa dipahami sebagai proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah hasil akal manusia untuk mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.
Definisi filsafat pendidikan
Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany (dalam uyoh, 2011:71) adalah:
“Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis”
Filsafat pendidikan bersandarkan pada filsafat formal atau filsafat umum.Dalam arti bahwa masalah-masalah pendidikan merupakan karakter filsafat. Masalah-masalah pendidikan akan berkaitan dengan masalah-masalah filsafat umum, seperti:
a) Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapainya
b) Hakikat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang menerima pendidikan
c) Hakikat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses social
d) Hakikat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk mencapainya.
Selanjutnya Al-Syaibany (dalam uyoh, 2011:72) berpandangan bahwa filsafat pendidikan, seperti halnya filsafat umum, berusaha mencari yang hak dan hakikat serta masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha untuk mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab yang hakiki dari masalah pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha juga membahas tentang segala yang mungkin mengarahkan proses pendidikan.
Kneller (dalam uyoh, 2011:72), filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam lapangan pendidikan.Seperti halnya filsafat, filsafat pendidikan dapat dikatakan spekulatif, preskiptif, dan analitik.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan adalah terapan dari filsafat umum yang dilaksanakan dalam pandangan dan kaidah bidang pendidikan yang berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, masyarakat, dan dunia, menentukan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam lapangan pendidikan.
Aliran-aliran filsafat pendidikan
1. Filsafat pendidikan Idealisme
a. Realitas
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.Parmenides, filosof dari Elea (Yunani Purba) berkata, “Apa yang tidak dapat dipikirkan adalah tidak nyata”. Plato, seorang filosof idealisme klasik (Yunani Purba) menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita. Dunia cita merupakan dunia mutlak, tidak berubah, dan asli serta abadi. Realitas akhir tersebut sebenarnya telah ada sejak semula pada jiwa manusia.
Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”. Mind merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang menggerakkan semua aktivitas manusia, badan atau jasmani tanpa jiwa tidak memiliki apa-apa.
b. Pengetahuan
Tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka, sifatnya maya, yang menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya.Pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk spiritual murni dari benda-benda di luar penjelmaan material.
c. Nilai
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut.Apa yang dikatakan baik, benar, salah, cantik atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada haikatnya nilai itu tetap.Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam semesta.
d. Pendidikan
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Tokoh idealisme merupakan orang-orang yang memiliki nama besar. Sampai sekarang orang akan mengakui kebesaran hasi pemikirannya, baik memberikan perstujuan maupun memberikan kritik bahkan pemikiran.
Seorang guru yang menganut paham idealisme harus membimbing atau mendiskusikan bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal kepada siswa, melainkan sebagai kemungkinan (batin) yang perlu dikembangkan. Guru idealis juga harus mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Socrates, Plato, dan Kant yakin bahwa pengetahuan yang terbaik adalah pengetahuan yang dikeluarkan dalam diri siswa, bukan dimasukkan atau dijejalkan ke dalam diri siswa.
2. Filsafat pendidikan Realisme
Pada dasarnya realism merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis.realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak, dan dipihak lainnya adlah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.
3. Filsafat pendidikan Materialisme
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realism adalah bukan materi, bukanrohani, bukan spiritual, atau supernatural.
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis.realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak, dan dipihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.
4. Filsafat pendidikan Pragmatisme
Istilah pragmatism berasal dari perkataan “pragma” artinya praktik atau aku berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dilakukan.
5. Filsafat pendidikan Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu.Secara umum, eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subyektivitas pengalaman manusia, dan tindakan kongkret dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakikat manusia atau realitas.
6. Filsafat pendidikan Progresivisme
Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau lairan filsafat yang berdiri sendiri, melainkanmerupakan suatu gerakan dan perkumpulan
yang didirikan pada tahun 1918.
Gerakan progresif terkenal luas karena reaksinya terhadap formalism dan sekolah tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar pasif, dan banyak hal-hal kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan. Lebih jauh gerakan ini dikenal karena dengan himbauannya kepada guru-guru: “ kami mengharapkan perubahan, serta kemajuan yang lebih cepat setelah perang dunia pertama”. Banyak guru yang mendukungnya, sebab gerakan pendidikan progresivisme merupakan semacam kendaraan mutakhir untuk digelarkan.
7. Filsafat pendidikan Perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh.Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakaturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural.Oleh karena itu, perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan itu.
Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu:
1) Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada hakikatnya manusia di mana pun dan kapan pun ia berada adalah sama. Tujuan pendidikan adalah sama dentujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebajikan. Pendidikan harus sama bagi semua orang, di mana pun dan kapan pun ia berada, begitu pula tujuan pendidikan harus sama, yaitu memperbaiki manusia sebagai manusia.
2) Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusi harus menggunakannya untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Manusia adalah bebas, namun mereka harus belajar untuk memperluas pikiran dan mengontrol seleranya.
3) Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi. Kurikulum diorganusasi dan ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, dan ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk mengembangkan akal.
4) Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup. Melainkan merupakan suatu persiapan untuk hidup.
5) Siswa seharusnya mempelajari karya-karya besar dalam literatur yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, begitu juga dalam literatur yang berhubungan dengan kehidupan social, terutama politik dan ekonomi.
8. Filsafat pendidikan Esensialisme
Esensialisme suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progresif di sekolah-sekolah.
Esensialisme, yang memiliki beberapa kesamaan dengan perenialisme, berpendapat bahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yang harus diberikan di sekolah-sekolah kepada para siswa dalam suatu cara yang sistematik dan berdisiplin.
9. Filsafat pendidikan Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme.Gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
KESIMPULAN
Filsafat pendidikan adalah terapan dari filsafat umum yang dilaksanakan dalam pandangan dan kaidah bidang pendidikan yang berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, masyarakat, dan dunia, menentukan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam lapangan pendidikan.
Aliran-aliran filsafat pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan pendidikan antara lain Idealisme, Realisme, Materialisme, Pragmatisme, Eksistensialisme, Progresivisme, Perenialisme, Esensialisme, dan Rekonstruksionalisme.
Nama : Ismiyatul Fasikha
Kelas : SD15A-1
No Nim : 150641017
Dosen : Aliet Noorhayati Sutisno, M.Phil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar