Selasa, 26 Januari 2016

HUBUNGAN FILSAFAAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN



HUBUNGAN FILSAFAAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN
1.      Pandangan Filsafat Tentang Hakikat Manusia
Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia disebut antropologi filsafaat. Dalam hal ini, ada empat aliran yang akan dibahas. Pertama, aliran serba zat. Aliran ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu, manusia adalah zat atau materi.
Kedua, aliran serba roh. Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini ialah roh. Hakikat manusia juga adalah roh. Sementara zat adalah manifestasi dari roh.
Ketiga, aliran dualisme.aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain.
Keempat, aliran eksistensialisme. Aliran filsafat modern berpandangan bahwa hakikat manusia merupakan eksistensi dari manusia. Hakikat manusia adalah apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Di sini, manusia dipandang tidak dari sudut serba zat atau serba roh atau dualisme, tetapi dari segi eksistensi manusia di dunia ini.
2.      Sistem Nilai Dalam Kehidupan Manusia
Sistem merupakan suatu himpunan gagasan atau prinsip-prinsip yang saling bertautan, yang bergabung menjadi suatu keseluruhan. Terkait dengan itu, nilai yang merupakan suatu norma tertentu mengatur ketertiban kehidupan sosial.
Manusia merupakan subjek pendidikan dan sebagai objek pendidikan, karena itu manusia memiliki sikap untuk dididik dan mendidik. Namun demikian, berhasil tidaknya usaha tersebut banyak tergantung pada jelas tidaknya tujuan. Karena itu, pendidikan dii indonesia mempunyai tujuan pendidikan yang berlandaskan pada filsafat hidup bangsa indonesia, yaitu pancasila , yang menjadi pokok dalam pendidikan, melalui usaha-usaha pendidikan, dalam keluarga, masyarakat, sekolah,
Setiap sikap yang ada adalah konsekuensi dari suatu penilaian, apakah penilaian itu didasarkan atas asas-asas objektif rasional atau subjektif emosional belaka.
a.    Pengertian penilaian
Secara umum, cakupan pengertian nilai itu tak terbatas. Maksudnya, segala sesuatu yang ada di alam raya ini bernilai, yang dalam filsafat pendidikan dikenal dengan istilah aksiologi.
Pada kaum penganut sofisme misalnya, dengan tokohnya pitagoras (481-411 SM), berpendapat bahwa nilai bersifat relatif tergantung pada waktu (Imam Barnadib, 1987:133). Sedangkan menurut idealisme, nilai itu bersifat normatif dan objektif serta berlaku umum saat mempunyai hubungan dengan kualitas bai dan buruk.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa nilai itu merupakan hasil dari kreativitas manusia dalam rangka melakukan kegiatan sosial, baik itu berupa cinta, simpati, dan lain-lain.
b.    Bentuk dan Tingkat-tingkat Nilai
Sebagaimana yang telah kami uraikan di atas, maka nilai merupakan sesuatu yang ada hubungannya dengan subjek manusia. Sesuatu yang dianggap bernilai jika pribadi itu merasa sesuatu itu bernilai. Dengan demikian, lepas dari perbedaan nilai baik objektif maupun subjektif, tujuan adanya nilai ialah menuju kebaikan dan keluhuran manusia.
Menurut Burbecher, nilai itu dibedakan dalam dua bagian, yaitu nilai intrinsik dan nilai instrumental. Nilai instrumental adalah nilai yang dianggap baik karena bernilai untuk yang lain. Selanjutnya, nilai intrinsik adalah yang dianggap baik, tidak untuk sesuatu yang lain, melainkan di dalam dirinya sendiri.
Adapun tingkat pertimbangan nilai, menurut Auguste comte, itu terbagi menjadi tiga, yaitu tingkat teologis, tingkat metafisik dan tingkat positif. Tingkat teologis adalah tingkat pertama, selanjutnya tingkat metafisik dan sebagai tingkat yang paling atas adalah apabila manusia telah menguasai pengetahuan eksakta yang berarti manusia itu telah mencapai tingkat positif.
c.    Nilai-nilai Pendidikan dan Tujuan Pendidikan
       Menurut muhammad noor syam, pendidikan secara praktis tak dapat dipisahkan degan nilai-nilai, terutama yang meliputi kualitas kecerdasan, nilai ilmiah, nilai moral dan nilai agama yang kesemuanya tersimpul dalam tujuan pendidikan, yakni membina kepribadian ideal.
       Untuk menetapkan tujuan pendidikan dasar, harus melalaui beberapa pendekatan seperti :
1)        Pendekatan melalaui analisis historis lembaga-lembaga sosial.
2)        Pendekatan melalui analisis ilmiah tentang realita kehidupan aktual.
3)        Pendekatan melalui nilai-nilaii filsafat yang normatif (normtive philoshopy).
d.   Etika Jabatan
       Fungsi dan tanggung jawab mendidik dalam masyarakat merupakan kewajiban setiap warga masyarakat. Setiap warga masyarakat sadar akan nilai dan peran pendidikan bagi generasi muda, khususnya anak-anak dalam lingkungan keluarga sendiri.
3.      Hubungan Filsafat dan Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkan filsafat yang dianut oleh suatu bangsa. Mengingat pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat itu sendiri. Untuk menjamin upaya pendidik dan proses tersebut menjadi lebih efektif dan efesien, maka dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan ilmiah sebagai asas normatif dalam pelaksanaan pembinaan.
Secara fungsional hubungan antara filsafat dan teori pendidikan adalah sebagai berikut :
a.         Filsafat dalam arti filosofis merupakan menyelidikan dengan akal budi dalam rangka memecahkan permasalahan  pendidikan.
b.         Filsafat berfungsi mengarahkan teori pendidikan yang telah ada dengan mengikuti aliran filsafat tertentu yang relefan dengan kehidupan yang nyata.
c.         Filsafat pendidikan mempunyai fungsi memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan yang kemudian menjadi ilmu pendidikan (pedagogik).



Nama  : DIAH AYU LESTARI 
Nim     : 150641080 
Kelas   : SD.15 A-2 
Dosen  : Aliet Noorhayati Sutrisno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar