Perencanaan
Kegiatan Belajar Mengajar
(
KBM )
Diajukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Nurkholis, M.Pd

Kelompok 8
SD15-A2
Disusun Oleh:
1.
Afiah
Fifi Fitria (150641096)
2.
Tri
Kasih Padma Nagari (150641068)
3.
Gumelar
Munandar (150641091)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN AJARAN 2015-2016
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah
S.W.T yang telah memberikan kenikmatan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Perencanaan Kegiatan Belajar Menggajar ( KBM )”. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam
proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil mengerjakan makalah ini tepat pada
waktunya.
Tidak lupa kami
sampaikan terima kasih kepada
dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna sempurnanya makalah ini.
Penulis
berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan
khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Amin Yaa Robbal ‘Alamiin
Cirebon,
November 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Proses
pembelajaran merupakan rangkaian aktivitas dan
interaksi antara siswa dan guru yang di kendalikan melalui perencanaan pembelajaran.
Pelaksanaan proses pembelajaran perlu di lakukan secara sistematis
berdasarkan prosedur pembelajaran yang telah di kembangkan. Oleh karena itu,
salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh pembelajar adalah mampu memahami
dan melaksanakan prosedur pembelajaran dalam pembelajaran kelompok, individual
maupun klasikal. Untuk menerapkan kemampuan tersebut sebaiknya pembelajar harus
mengetahui tentang konsep dan prinsip belajar, berbagai jenis strategi atau
tahapan dalam proses pembelajaran.
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tidak pernah luput dari
pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.
Sebagian orang menganggap mengajar hanya sebagian dari upaya pendidikan.
Mengajar hanya salah satu cara mendidik, maka pendidikan pun dapat berlangsung
tanpa pengajaran. Sebagian orang lagi menganggap bahwa mengajar tak berbeda
dengan mendidik. Setiap kegiatan kependidikan hanya dapat dilakukan oleh tenaga
pendidik yang mempunyai wewenang mengajar, yakni guru atau dosen. Meskipun hingga
kini masih banyak orang yang bersikeras mempertahankan ketidaksamaan antara
mengajar dan mendidik, dalam kenyataan sehari-hari tidak terdapat perbedaan
yang tegas antara keduanya.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai penyaji pelajaran
khususnya di kelas, guru tidak hanya dituntut mentransfer pengetahuan atau isi
pelajaran yang ia sajikan kepada para siswanya melainkan lebih dari itu.
Mengajar bahkan mengandung konotasi membimbing dan membantu untuk meraih
kecakapan cipta, rasa, dan karsa yang menyeluruh dan utuh. Sudah tentu
kecakapan-kecakapan seluruh ranah psikologis tersebut tak bisa dicapai
sekaligus tetapi berproses, setahap demi setahap. Dan dari penjelasan diatas,
kita sangat perlu mempelajari tentang arti penting mengajar.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dari proses pembelajar mengajar ?
2. Bagaimana contoh dalam mengajar ?
3. Apa saja pandangan-pandangan pokok mengenai belajar ?
4. Apa saja model pokok mengajar ?
5. Bagaimana strategi mengajar dan apa saja tahapan-tahapan dalam proses
mengajar ?
1.3
Tujuan
Pembahasan
1.
Mengetahui
definisi mengajar dan contohnya
2.
Mengetahui
pandangan-pandangan pokok mengenai belajar
3.
Mengetahui
model pokok mengajar
4.
Mengetahui
metode pokok mengajar
5.
Mengetahui
strategi mengajar dan tahapan-tahapan dalam proses mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Proses Pembelajaran
Proses
pembelajaran merupakan salah satu tahapan penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, proses pembelajaran
perlu ditempuh melalui prosedur yang sistematis dan
sistemik. Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan
komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasiedukatif untuk mencapai
tujuan belajar (Rustaman, 2001). Pelaksanaan proses belajar mengajar adalah
proses berlangsungnya belajar mengajar
di kelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah.
Pelaksanaan pengajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai
tujuan pengajaran (Winarno Surachmad,1983:257).
Sedangkan menurut Roy. R Lefrancois seperti dikutip oleh DimayatiMahmud (1989:
23), pelaksanaan pengajaran adalah pelaksanaan strategi-strategi yangtelah
dirancang untuk mecapai tujuan pengajaran.
Di
dalam proses pembelajaran dibutuhkan strategi-strategi yang baik dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapatdicapai
secara efektif dan efisien. Dilain pihak Dick & Carey (1985) menyatakan
bahwastrategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran
yang digunakansecara bersama - sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran merupakan suatu serangkaian
rencana kegiatan yangtermasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya ataukekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi
pembelajaran disusun untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Strategi pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara spesifik.
Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka
yang awam dalam bidang-bidang studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu
merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa. Menurut Arifin
(1978) mendefinisikan mengajar sebagai suatu rangkaian kegiatan penyampaian
bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi menguasai, dan
mengembangkan bahan pelajaran itu. Sedangkan menurut Nasution (1986)
berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi
proses belajar.
Kemudian Biggs (1991), seorang pakar psikologi
kognitif masa kini, membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian :
a. Pengertian kuantitatif (yang menyangkut jumlah
pengetahuan yang diajarkan
b. Pengertian intitisional (yang menyangkut kelembangan
atau sekolah).
c. Pengertian kualitatif (yang menyangkut mutu hasil yang
ideal).
B.
Contoh Mengajar
Selaku pengelola kegiatan siswa, guru sangat diharapkan menjadi pembimbing
dan pembantu para siswa, bukan hanya ketika mereka berada didalam kelas
melainkan ketika mereka berada diluar kelas, khususnya apabila berada
dilingkungan sekolah, seperti di perpustakaan, laboratorium, dan lain
sebagainya. Dalam hal menjadi pembimbing, guru perlu mengaktualisasikan
(mewujudkan) kemampuannya dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a.
Membimbing kegiatan
para siswa
b.
Membimbing pengalaman
belajar para siswa.
Membimbing kegiatan belajar para siswa, khusunya ketika mengajar tidak
hanya berceramah dimuka kelas, tetapi juga memberikan peluang seluas-luasnya
kepada siswa untuk melakukan antivitas belajarnya. Sedangkan dalam membimbing
pengalaman para siswa, guru dituntut untuk menghubungkan mereka dengan
lingkungannya. Hal ini penting karena dalam pengalaman berinteraksi dengan
lingkungannya itulah sesungguhnya para siswa mengalami proses belajar.
Selanjutnya, selain membimbing, mengajar juga berati membantu siswa agar
berkembang dan sapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Alhasil, kegiatan
mengajarkan sebuah materi pelajaran bukan semata-mata agar siswa menguasai
pengetahuan ( materi ) pelajaran tersebut lalu naik kelas, melainkan juga agar
ia memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam kehidupan sehari-hari.
C.
Pandangan-Pandangan
Pokok Mengenai Mengajar
Ada dua macam aliran pandangan yang berbeda dalam
melihat profesi mengajar. Yaitu aliran pertama yang menganggap mengajar sebagai
“ilmu” dan aliran kedua yang menganggap mengajar sebagai “seni”.
1. Mengajar sebagai ilmu
Guru merupakan sosok pribadi manusia yang sengaja
dibangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan tinggi dalam dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakukan tugas
mengajar.
Siapa pun orangnya, asal ia memiliki pengetahuan dan
kemampuan tinggi dalam bidang ilmu pendidikan akan mampu melakukan perbuatan
mengajar dengan baik. penguasaan seorang guru terhadap materi pelajaran bidang
tugasnya penting juga.akan tetapi yang lebih penting adalah penguasaannya atas
ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tugas mengajarnya.
Oleh sebab itu, untuk
memahami sekaligus menerapkan sebuah teori proses mengajar, guru hendaknya
pandai-pandai menyimpan perasaan dan harapan emosinal dalam tempat penyimpanan
yang dingin. Kemudian hendaknya ia berusaha mengahadapi kenyataan dengan akal
terbuka. Meskipun guru harus berani mengahadapi kenyataan, ia tidak perlu
mengorbankan diri menjadi hamba sahaya kenyataan itu sendiri.
Aliran ini menimbulkan konotasi bahwa seseorang yang
dikehendaki menjadi guru, missal oleh orangtuanya sendiri, akan dapat
menjadi guru yang baik asal ia didik di sekolah atau fakultas keguruan.
Menurut teori John Locke (1632-1704) perkembangan
klasik yang disebut empirisme yaitu pembawaan dan bakat yang diturunkan
oleh orangtua tidak berpengaruh apa - apa terhadap perkembangan kehidupan
seseorang, karena pada dasarnya setiap manusia pasti lahir dalam keadaan
kosong. Hendak menjadi apa
manusia itu kelak setelah dewasa, tergantung pada lingkungan dan pengalamannya,
terutama lingkungan dan pengalaman belajarnya. Jadi, seorang anak manusia yang
memperoleh peluang yang baik untuk belajar ilmu pendidikan/keguruan, tentu ia
akan menjadi seoranga guru yang profesionaldalam mengajar, bukan menjadi petani
walaupun kedua orangtuanya petani sejati.
2.
Mengajar sebagai seni
Sebagian ahli lainnya memandang bahwa mengajar adalah
seni (art), bukan ilmu. Karena tidak semua orang berilmu (termasuk orang yang
berilmu pendidikan) menjadi guru yang
piawai dalam hal mengajar.
Untuk menjadi
seorang guru yang profesional , orang harus belajar dan berlatih di lingkungan
instansi pendidikan keguruan selam bertahun-tahun. Namun, kenyataannya dalam
mengajar terdapat faktor tertentu yang abstrak dan hampir mustahil dipelajari.
Contohnya, seorang
guru agama atau bahkan terlanjur berpredikat seorang ulama yang sama sekali
tidak menarik dan membosankan ketika ia berceramah mengenai masalah keagamaan.
Namun sebaliknya, ada pula seorang seorang pelajar madrasah diniyah yang hanya
berpredikat santri biasa dan tidak pernah mengikuti sekolah keguruan tetapi
ternyata berhasil menjadi guru agama yang baik. Santri itu cukup piawai dalam
mentransfer pengetahuan, sikap, dan keterampilannya kepada murid-muridnya. Setiap mengajar,
ia selalu berpenampilan menarik dan selalu berbeda dalam gaya dan cara
penyampaian aneka ragam pokok bahasan pelajaran yang menjadi tugasnya. Sehingga
murid-muridnya tidak pernah merasa bosan atau terpaksa mengikuti proses belajar
yang dipimpin oleh “guru santri” itu.
Berdasarkan
kenyataan yang ada, maka cukup kuatlah aliran yang memandang bahwa mengajar
adalah seni, dan kecakapan mengajar yang notabene artistic itu hanya dimiliki
oleh orang-orang yang berbakat. Dengan demikian, menurut aliran ini seseorang dapat mengajar
dengan baik semata-mata karena bakat yang dimilikinya. Dengan kata lain, orang
itu menjadi guru (yang kompeten dan profesional) karena ia telah
ditakdirkan lahir sebagai seorang guru.
Selain itu mengajar
secara ilmiah (scientific teaching) juga tidak akan pernah memadai selama guru
dan sisiwa masih sama-sama berstatus manusia yang tentu memiliiki perasaan dan
nilai di luar jangkauan ilmu. Mengajar menurut guru besar sastra Gilbert
Hight….teaching is an art, not a science yakni mengajar adalah
sebuah seni, bukan sebuah ilmu itu seperti membangkitkan reaksi kimiawi,
melainkan seperti menggambar sebuah lukisan, atau menata sebuah musik, atau
menanami kebun bunga, atau menulis sepucuk surat yang bersahabat. Ilmu memang
perlu namun,namun dalam mengajar seperti kegiatan tadi, memerlukan lebih banyak
seni (art) daripada ilmu (science).
Perbandingan aliran
yang pertama dengan yang kedua yaitu :
1.
Menganggap
mengajar sebagai ilmu itu sama dengan gagasan sekelompok orang yang berusaha
meyakinkan kita bahwa guru-guru itu dibangun bukan dilahirkan. Aliran ini sama
dengan aliran empirisme yang melahirkan “optimisme pedagogis” yang terlalu
mendewa-dewakan lingkungan dan mengabaikan potensi psikologis pembawaan
manusia.
2.
Menganggap mengajar sebagai seni yang lebih mengacu
pada bakat sejak lahir tak berbeda dengan gagasan bahwa para guru itu
dilahirkan bukan dibangun atau dibuat. Dalam hai ini seseorang menjadi guru
yang baik atau guru yang buruk bukan karena hasil belajarnya melainkan karena
potensinya yang ia bawa sejak lahir. Aliran pandangan ini sama dengan aliran
nativisme yang melahirkan “pesimisme pedagogis” yang mengesampingkan arti
penting upaya pendidikan.
Untuk
menjadi guru yang kompeten, orang perlu belajar dan berlatih secara
sungguh-sungguh selama kurun waktu tertentu. Akan tetapi, kenyataannya tidak
semua orang (mahasiswa) yang mengikuti pendidikan dan pelatihan keguruan
berhasil mencapai kinerja akademik keguruan yang memadai, meskipun mereka telah
menunjukkan usaha yang terkadang melebihi rekan sejawatnya yang ternyata lebih
berhasil.
Ada
kemungkinan mengapa mahasiswa yang berkinerja tidak memuaskan tersebut bisa
muncul :
a.
Mungkin
upaya dan strategi mereka dalam belajar tidak tepat dengan tuntutan bidang
studi kependidikan, padahal secara umum mereka memiliki potensi kognitif yang
memadai.
b.
Ada
kemungkinan masuknya mahasiwa yang tidak memuaskan tersebut ke fakultas
keguruan hanya karena terpaksa atau karena pelarian (tidak diterima di fakultas
lain yang menjadi cita-cita dan sesuai dengan jenjang pendidikan menengahnya).
Hasil
antara mengajar sebagai ilmu dengan mengajar sebagai seni itu terdapat benang
merah yang membuat keduanya saling terikat dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Dengan demikian, hubungan bakat keguruan dengan proses belajar yang
sesuai dengan bakat itu, ibarat hubungan antara dua sisi mata uang logam yang
berfungsi saling melengkapi.
D.
Model
Pokok Mengajar
Untuk mengatasi beberapa problematika dalam
pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang dipandang
mampu mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas mengajar dan kesulitan
peserta didik dalam belajar. Model dapat diartikan sebagai suatu tipe
atau desain yang digunakan untuk proses visualisasi dalam penyampaian materi
seorang guru kepada peserta didik.
Sejalan dengan hal itu William Stern implementasinya
dalam hal belajar mengajar telah dalam kurikulum menyebabkan munculnya berbagai
teori-teori belajar dan teori atau model mengajar. Model suatu pembelajaran yang
disusun oleh guru dengan menjabarkan tujuan instruksional umum yang ada dlam
kurikulum.
Kumpulan atau set model yang dianggap komprehensif,
menurut Tadrif (1989) adalah set model yang dikembangkan oleh Brunce Joyce dan
Marsya Weil dengan katagorisasi sebagai berikut :
1.
Model
Information Processing ( Tahap Pengolahan Informasi)
Information Processing adalah istlah kunci dalam psikologi kognitif yang
akhir-akhir ini semakin mendominasi sebagian besar upaya riset dan pembahasan
psikologi pendidikan. Kata informasi processing digunakan untuk menjelaskan
bagaimana cara individu member respon yang matang dari lingkungannya dengan
cara mengoprasikan pengetahuan dan mengelolah informasi yang dilestarikan dari
peristiwa yang ada dilingkungan sekitarnya, seperti suara atau kata, gerakan
benda, gambar dan sebagainya.
2.
Model Personal
(Pengembangan Pribadi)
Model Personal merupakan rumpun model pembelajaran yang menekan pada
proses mengembangkan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan
emosional. Model personal ini lebih ditekankan pada pembentukan dan
perorganisasian realitas kehidupan lingkungan dan kehidupan yang khas/unik.
3.
Model Sosial
(Hubungan Kemasyarakatan)
Model Sosial adalah merpakan model mengajar yang
menitik beratkan pada proses interaksi antarindividu yang terjadi dalam
kelompok individu atau tesebut. Oleh karena itu, rumpun mouel ini lazim disebut
sebagai interactive model (model yang berisifat hubungan
antar-individu).
4.
Model Behavioral
(Pengembangan Prilaku)
Model Behavioral adalah tingkat dan karakteristik
perilaku siswa yang telah dimilikinya pada saat akan memasuki kegiatan
belajar-mengajar. Model system perilaku dalam pembelajaran ini dibangun
atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing
unuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku kedalam
jumlah yang kecil dan berurutan.
E.
Metode
Pokok Mengajar
Metode secara harfiah artinya “ cara “ .Metode
mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan. Metode
mengajar berbeda dengan strategi mengajar (teaching strategy).Metode belajar
tidak berhubungan langsung dengan hasil belajar yang diehendaki. Metode
merupakan konsep yang lebih luas cakupannya dibanding dengan strategi. Strategi
mengajar itu terangkum dalam metode mengajar. Contoh : Metode ceramah yang
digunakan guru , strategi untuk mendapatkan perhatian murid-muridnya ia dapat
menyampaikan dengan lucu atau sedih.
Ragam Metode Mengajar Ada 4 metode yang dipandang
representative dan dominan dalam arti digunakan secara luas sejak dahulu hingga
sekarang pada jenjang pendidikan formal.
1.
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang
dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan secara langsung terhadap peserta
didik. Sampai saat ini metode ini masih dipergunakan. Hal ini dapat dimaklumi
karena metode ini paling mudah dilakukan dan sevara ekonomis menguntungkan.
Banyak guru yang belum merasa puas jika belum memberikan penjelasan secara
langsung kepada murid-murid.Begitupun para siswa ,merasa belum belajar dan
memahami materi jika tidak mendengarkan penjelasan guru secara langsung.
a)
Kelebihannya yaitu :
a.
Murah dan mudah.
b.
Materi
yang banyak dapat dijelaskan guru dalam waktu singkat.
c.
Guru
dapat dengan mudah mengusai kelas
d.
Guru
dapat menjelasakan dengan menonjolkan bagian-bagian yang pentingز
b)
Kelemahannya yaitu :
a.
Membuat siswa
pasif
b.
Mengandung unsur
paksaan kepada siswa
c.
Menghambat daya
kritis siswa
c)
Usaha
mengefektifkan metode ini
a.
Guru menguasai
materi dengan baik
b.
Menggunakan
berbagai alat peraga
c.
Mengkombinasikan
dengan metode metode lain
d.
Menguasai
tekhnik-tenik didaktif dalam penceramahan.
2.
Metode Diskusi
Metode diskusi yaitu cara penyajian pelajaran di mana siswa-siswa
dihadapkan kepada suatu masalah yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan
yang bersifat problematic untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
1)
Kelebihan :
a.
Merangsang
kreativitas siswa
b.
Membiasakan
siswa bertukar pikiran dengan yang lain
c.
Keterampilam
menajikan pendapat, memertahankan
pendapat ,menghargai dan menerima pendapat orang lain serta bersikap
demokratis.
d.
Cakrawala
berpikir menjadi lebih luas.
2)
Kelemahan :
a.
Memerlukan waktu
yang lama.
b.
Diskusi
hanya dipegang 2-3 oarang yang telah terbiasa dan terampil mengemukakan
pendapat.
c.
Pembahasan
dapat meluas dan mengambang sehingga sasaran pemecahan masalah pokok
tidak tercapai.
d.
Dapat
memicu konflik akibat perbedaan pendapat yang emosional.
3)
Upaya
mengefektifkan diskusi
a.
Masalah
yang dikemukakan harus controversial.
b.
Guru
menempatkan didrinya sebagai pemimpin diskusi.
c.
Guru
memperhatikan jalannya diskusi
4)
Jenis-jenis
diskusi
a.
Diskusi
Formal
Memakai aturan-aturan yang resmi dalam berdiskusi.Ada
notulen. Moderator, dan penyaji. Biasanya melibatkan seluruh kelas.
b.
Diskusi
Informal
Diskusi tidak resmi.Tanpa aturan-aturan yang baku.
Biasanya hanya berupa kelompok kecil.
c.
Diskusi
Panel
Diskusi yang terdiri dari peserta aktif dan peserta
pasif. Peserta aktif langsung melibatkan diri dalam diskusi.Peserta pasif
tidak.
d.
Diskusi
Simposium
Sama dengan iskusi lain,hanya saja dalam diskusi ini
masalah dapat disajikan oleh seorang penyaji atau lebih.
3.
Metode
Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran
dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya ataupun tiruan yang
sering disertai dengan penjelasan lisan.
1)
Kelebihan :
a.
Pengajaran
menjadi lebih jelas dan lebih konkret.
b.
Siswa
lebih mudah memahami apa yang diajarkan.
c.
Proses
pengajaran lebih menarik.
d.
Siswa dirangsang
untuk aktif.
e.
Menjadikan
hasil belajar yang lebih mantap dan permanen.
2)
Kelemahan :
a.
Memerlukan
keterampilan guru secara khusus.
b.
Fasilitas dan
biaya yang mahal.
c.
Memerlukan waktu
yang panjang.
3)
Upaya
mengefektifkan metode demonstrasi
a.
Kerjasama
pihak sekolah dengan kalangan bisnis dan industry untuk mendapatkan
sumbangan peralatan
b.
Pelatihan guru
dalam meningkatkan keterampilannya
4. Metode ceramah
plus
Metode
ceramah masih dianggap metode yang relevan dengan pembelajaran sampai sekarang.
Hanya saja harus dikombinasikan dengan metode-metode lain agar sesuai dan
efektif dalam proses pembelajaran.
a)
Tiga
macam metode ceramah plus menurut Muhibbin Syah yaitu :
Metode ceramah plus Tanya jawab dan tugas
Implementasi dari metode ini yaitu :
a.
Penyampaian
uraian materi oleh guru.
b.
Pemberian
peluang tanya
jawab antara guru dan siswa.
c.
Pemberian
tugas kepada siswa.
b)
Metode
ceramah plus diskusi dan tugas
Implementasi metode ini yaitu :
a.
Guru
menguraikan materi pelajaran.
b.
Mengadakan
diskusi.
c.
Memberikan tugas.
c)
Metode
ceramah plus demonstrasi dan latihan
Implementasi dari metode ini yaitu :
a.
Penyampaian
materi oleh guru.
b.
Melakukan
demonstrasi.
c.
Penyelenggaraan
latihan materi yang telah didemonstrasika.
Pada
dasaranya metode pokok yang digunakan dalam mengajar adalah sama. Hanya
saja metodologi yang kita gunakan harus berbeda , dalam menghadapai objek (
siswa ) yang berbeda maupum materi pelajaran yang berbeda. Metodologi
Mengajar siswa SD tidak sama dengan siswa SMP, mengajar akidah akhlak
berbeda dengan mengajar geografi.
F.
Metode mengajar Anak-anak
1.
Ceramah
Ceramah pada anak –anak yang notabenenya masih suka
bermain dan tidakmemperhatikan guru harus dilakukan menarik. Misalnya
anak-anak duduk melingkar dan guru ada di tengah lingkaran. Penyamapian harus
menarik agar perhatian anak dapat terpusat ke guru.
2.
Diskusi
Diskusi anak-anak tentu berbeda dengan para mahasiswa.
Metodologi yang dapat digunakan misalnya anak disuruh bercerita tentang
cita-citanaya di depan kelas, kemudian teman-teman boleh menanyakan kepada
pencerita itu. Saya rasa inilah contoh diskusi pada anak = anak.Mereka mendiskusikan hal-hal
yang konkret .
3.
Demonstrasi
Metodolgi yang digunakan dalam netode ini misalnya dalam menunjukkan bangun bangun
pada mata pelajaran matematika. Guru menunjukkan balok. Dan cara memasukkan
balok–balok ke tempatnya. Lalu anak-anak menirukan apa yang dilakukan guru.
G.
Strategi
Dan Tahapan Mengajar
Strategi mengajar didefinisikan sebagai sejumlah
langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran
tertentu. Sebuah strategi mengajar dapat berlaku umum bagi semua guru bidang
studi selama orientasi sasannya sama. Misalnya dengan penyajian kisah-kisah
dramatis sebagai selingan ceramahnya. Strategi mengajar tidak terlepas dari
metode mengajar, karena merupakan kiat praktis yang dipakai guru untuk
mengajarkan materi pelajaran tertentu dengan metode mengajar tertentu pula
seperti metode ceramah, metode ceramah plus, dan sebagainya.
Menurut Newman dan Mogan, strategi dasar setiap usaha
meliputi empat masalah masing-masing :
1.
Pengidentifikasian
dan penetapan sesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi
sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang
memerlukannya.
2.
Pertimbangan
dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran.
3.
Pertimbangan
dan penetapan langkah-langkah yanga ditempuh sejak awal sampai akhir.
4.
Pertimbangan
dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai
keberhasilan usaha-usaha yang dilakukan.
Dalam
dunia pendidikan dan pengajaran modern terdapat cukup banyak strategi yang
khusus dirancang untuk mengajar dengan materi tertentu hingga mencapai
kecakapan yang diinginkan. Diantara macam-macam strategi mengajar/ pembelajaran
yang sering digunakan tenaga pendidik untuk mengajar adalah:
1.
Strategi Mengajar SPELT
Strategi ini berdasarkan strategi kognitif yang
relatif masih aktual. Strategi ini bernama strategy program for
effective learning/ teachingdisingkat SPELT.
Strategi ini sengaja direkayasa untuk memperbaiki
dan meningkatkan efektivitas belajar dan berfikir siswa, terutama yang menduduki
kelas akhir sekolah dasar dan kelas-kelas sekolah menengah. Secara eksplisit tujuan strategi ini ialah membuat
siswa menjadi :
a.
Penuntut ilmu
yang aktif sebagai pemikir dan pemecah masalah.
b.
Penuntut
ilmu yang mandiri, memiliki rencana dan strategi sendiri yang efisien dalam
mendekati belajar.
c.
Penuntut
ilmu yang lebih sadar dan lebih mampu dalam mengendalikan proses berpikirnya
sendiri (metacognitive awareness).
Dalam
melaksanakan strategi SPELT, guru perlu mengikuti tiga macam langkah panjang
dan terpisah dalah arti mengambil waktu yang berbeda tetapi berurutan.
1.
Direct
strategy instruction (pengajaran
dengan strategi langsung).
2.
Teaching for
transfer ( mengajar untuk
mentransfer strategi).
3.
Generating
elaborative strategies (pembangkitan
strategi belajar siswa yang luas dan rinci).
Langkah-langkah
ini dapat diberlakukan untuk semua program pengajaran, khususnya program
pengajaran yang pelaksanaannya menggunakan metode ceramah, ceramah campuran/
ceramah plus.
2.
Pembelajaran Direct Instruction (Pembelajaran
Langsung/ Metode Exspositori)
Berbeda dengan metode ceramah, dalam metode
ekspositori dominasi guru banyak dikurangi. Guru tidak terus bicara, tapi hanya
memberi informasi kepada bagian atau saat-saat diperlukan. Namun pembelajaran
ini berpusat pada guru, tetap tetap menjamin terjadinya keterlibatan siswa.
Metode ini dirancang untuk menunjang proses belajar siswa yang berkenaan dengan
pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan mengenai bagaiman orang melakukan
sesuatu.
1)
Fase-fase
pada model pembelajaran langsung adalah :
1.
Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa.
2.
Mendemonstrasikan
pengetahuan dan ketrampilan.
3.
Membimbing
pelatihan.
4.
Mengecek
pemahaman dan memeberikan umpan balik.
5.
Memberikan
latihan dan penerapan konsep.
2)
Beberapa
keuntungan dari strategi pembelajaran langsung :
a.
Dapat
mengontrol isi dan urutan informasi yang diterima siswa, sehingga kita dapat
mencapai fokus hasil yang dicapai siswa.
b.
Dapat
digunakan secara efektif di kelas besar maupun kecil.
c.
Pembelajaran
ini menekankan pada pendengaran dan observasi, keduanya dapat membantu siswa
yang suka belajar dengan cara ini.
d.
Guru
dapat menguasai seluruh arah kelas. Dalam hal ini guru dapat menentukan arah
dengan jalan menetapkan sendiri apa yang akan dibicarakan.
e.
Oraganisasi
kelas sederhana.
3)
Beberapa
keterbatasan dari strategi pembelajaran langsung :
1.
Agak
berat bagi siswa untuk mengasimilasi informasi melalui mendengar, observasidan
mencatat (note-taking), karena tidak semua siswa mempunyai ketrampilan ini.
2.
Sangat
susah melayani perbedaan individu antara siswa, pengetahuan awal, tingkat
pemahaman, gaya belajar, atau minat belajar selama pembelajaran.
3.
Pembelajaran
ini sangat tergantung dari gaya berkomunikasi oleh guru. Komunikasi yang kaku
cenderung menghasilkan pembelajaran pembelajaran pasif.
4.
Murid
kurang aktif dan lebih banyak mengharapkan bantuan guru.
5.
Murid
kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
4)
Aspek
kunci agar pembelajaan ini efektif :
1.
Katakanlah
pada siswa bahwa belajarlah apa yang mampu dipelajari.
2.
Sajikan
materi pelajaran secara urutan logis.
3.
Berikan
contoh yang tepat saat menjelaskan.
4.
Jelaskan
kembali segala sesuatu jika siswa mendapatkan kebingunga.
5.
Jelaskan
arti dari istilah-istilah baru.
6.
Jawablah
pertanyaan siswa sampai mereka puas.
Biasanya
strategi ini dipakai di sekolah menengah atas atau perguruan tinggi.
3.
Diskusi sebagai suatu Strategi Pembelajaran
Adalah suatu proses tatap muka interaktif dimana siswa
menukar ide tentang persoalan dalam rangka pemecahan masalah, menjawab suatu
pertanyaan, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, atau membuat keputusan.
Dalam diskusi siswa dituntut untuk selalu aktif berpartisipasi siswa
dilatih berpikir kritis, siap mengemukakan pendapat secara tepat, berpikir secara
objektif, dan menghargai pendapat orang lain.
1)
Beberapa
keuntungan dari penggunaan Diskusi :
1.
Memaksa
anak untuk berbicara dengan bahasa yang baik, belajar mengemukakan pendapat dengan
tepat dalam waktu relatif singkat, dan belajar menanggapi pendapat orang lain
secara benar.
2.
Berlati
memecahkan masalah.
3.
Lebih
efektif dalam mengubah sikap siswa dibanding dengan ceramah, siswa
menjadi aktif, lebih mengerti, kreatif, berfikir kritis dan objektif.
4.
Diskusi
membangun kemampuan siswa untuk menganalisiskan isi pelajaran, mengungkapkan
ide secara lisan, dan berfikir ke depan (Fergusson, 1977).
5.
Dapat
menghasilkan aktivitas belajar yang lebih dinamis, dibanding strategi lain. Ini
terjadi karena mereka mampu mengkonstruk atau mengkonstruk kembali pengetahuan
dengan cara mereka sendiri.
6.
Dapat
membangkitkan ide baru atau menghasilkan pnyelesaian yang asli.
2)
Beberapa
keterbatasan diskusi :
1.
Diskusi
tidak mungkin produktif kalau siswa tidak mempersiapaka diri dengan baik, dan
ini biasanya syarat untuk mulai diskusi.
2.
Diskusi
kelompok dapat memudahkan seseorang berkompetisi secara emosional dan ini akan
menyulitkan pemimpin diskusi.
3.
Beberapa
siswa mungkin akan mengeluarkan pendapat yang tidak sesuai dengan alur diskusi,
atau beberapa siswa mungkin terlalu banyak berbicara dan cenderung merendahkan
orang lain.Strategi ini sering digunakan di sekolah menengah pertama sampai
perguruan tinggi.
4.
Penggunaan Small-Group Work sebgai suatu Strategi Pembelajaran
Apa itu Group-Work (kerja kelompok) ? Suatu
waktu kamu pernah menyuruh siswa bekerja bersama-sama dalam suatu kelompok, dari
pada kamu menjelaskan persoalan ini kepada seluruh kelas (klasikal). Hal ini
dapat dikatakan bahwa kamu telah menggunakan group work (Killen, 1998).
Keberhasilan group work tergantung dari banyak faktor
yang tentu dapat membantu diskusi kelas, misalnya :
1.
Fokus
pembelajaran bagi siswa harus jelas
2.
Persiapan
siswa harus memadai
3.
Bimbingan
guru pada siswa harus jelas
4.
Arahan,tapi
tidak intervensi oleh guru
5.
Monitoring
dan feedback oleh guru
6.
Pengaturan
waktu yang bagus dan kesimpulan yang logis
Jika digunakan secara
efektif, strategi ini banyak keuntungannya dibandingkan dengan pembelajaran
langsung, diskusi dalam kelompok besar, (klasikal) dan bekerja secara
individual, antara lain :
a.
Group
work memperbolehkan merubah materi pelajaran sesuai latar
belakang perbedaan antar group. Hal ini bertujuan
untuk mengadaptasi kebutuhan siswa, minat, dan kemampuan tanpa memperhatikan
perbedaan antar siswa.
b.
Group
work mendorong siswa untuk secara verbalisme mengungkapakan idenya, dan ini
dapat membantu mereka memahami materi pelajaran.
c.
Beberapa
siswa akan sangat efektif ketika menjelaskan idenya pada yang lain, dalam
bahasa yang mudah mereka mengerti. Ini dapat membantu pemahaman bagi anggota
group untuk ketuntasan materi pelajaran.
d.
Group
work memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk menyumbangkan ide dan
menuntaskan materi dalam suasana lingkungan yang aman dan nyaman.
e.
Group
work melibatkan siswa secara aktif dalam belajar dan ini dapat meningkatkan prestasi
mereka serta retensi (Peterson, 1981).
f.
Group
work membantu siswa belajar menghormati siswa lain, baik yang pintar maupun
yang lemah dan bekerja sama satu dengan lainnya.
Beberapa
keterbatasannya:
1.
Siswa
harus belajar bagaimana belajar dalam lingkungan
2.
Beberapa
siswa mungkin pada awalnya mendapatkan kesulitan seperti yang dialami anggota
group lainnya (mungkin karena mereka tidak populer atau berbeda antara satu
anggota dengan anggota lainnya dalam group).
3.
Seandainya
dimonitoring interaksi siswa dalam setiap group, beberapa siswa akan
menghabiskan waktu diskusi dengan persoalan yang tidak relevan.
4.
Beberapa
siswa lebih suka belajar secara langsung dan tidak senang ketika guru menyuruh
mereka untuk ”mengajar sesama mereka”.
5.
Beberapa
guru merasa tidak mudah mengontrol semua siswanya dalam group.
Karena
membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam, strategi ini banyak digunakan di
sekolah menengah atas dan perguruan tinggi.
5.
Penggunaan Co-Operative Learning sebagai suatu Strategi Pembelajaran
Merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja
sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
dapat menciptakan saling ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar
bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah:
a.
Siswa
belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai ketuntasan belajar.
b.
Kelompok
di bentuk
dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c.
Diupayakan
agar dalam setiap kelompok siswa terdiri dari suku, ras, budaya, dan jenis
kelamin yang berbeda
d.
Pengahargaan
lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada individual.
Terdapat
beberapa pendekatan dalam belajar Cooperative learning yaitu Student Team Achievement Divisions (STAD), Team-Games-Tournaments (TGT), Jigsaw, Group
Investigation (GI), dan Dyadic.
Beberapa
keuntungan dari penggunaan Co-Operative Learning sebagai suatu
Strategi Pembelajaran adalah :
1.
Co-Operative
Learning mengajarkan siswa
menjadi percaya pada guru dan lebih percaya pada guru dan lebih percaya lagi
pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain, dan
belajar dari siswa lain.
2.
Co-Operative
Learning mendorong siswa
untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya.
Ini secara khusus bermakna ketika dalam proses pemecahan masalah.
3.
Co-Operative
Learning membantu
siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa lemah serta menerima dan
saling menghargai satu sama lain.
4.
Co-Operative
Learning suatu
strategi efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial
termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri, dan hubungan interpesonal positif
antara satu siswa dengan yang lain, meningkatkan ketrampilan manajemen waktu
dan sikap positif terhadap sekolah.
5.
Co-Operative
Learning meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif.
Sedangkan beberapa keterbatasannya adalah :
1.
Beberapa
siswa mungkin pada awalnya segan mengeluarkn ide, takut dinilai temannya dalam
group.
2.
Tidak semua
siswa secara otomatis memahami dan menerima philosophy Co-Operative
Learning. Guru banyak tersita
waktu untuk mensosialisasikan siswa belajar dengan cara itu sendiri.
3.
Penggunaan Co-Operative
Learning harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan
tiap tugas siawa, dan banyak menghabiskan waktu menghitung hasil prestasi group.
4.
Meskipun
kerja sama sangat penting untuk ketuntasan belajar siswa, banyakl aktivitas
kehidupan didasarkan pada usaha individual. Namun siswa harus belajar menjadi
percaya diri. Itu susah untuk dicapai karena memiliki latar belakang berbeda.
5.
Sulit
membentuk kelomok yang solid yang dapat bekerja sama dengan secara harmonis
6.
Penilaian
terhadap murid sebagai individu menjadi sulit karena tersembunyi dibelakang
kelompok.
Strategi ini bisa
digunakan dalam mengajar siswa pada tingkatan manapun, tergantung jenis
strategi yang digunakan. Baik dari tingkat dasar maupun tingkat atas.
H.
Penggunaan
Problem Solving sebagai suatu Strategi Pembelajaran
Menurut Gagne (1996) problem solving atau pemecahan
masalah adalah tipe belajar yang tingkahnya paling tinggi dan kompleks
dibandingkan dengan tipe belajar lainnya.
Ciri-ciri pokok problem solving adalah :
1.
Siswa
bekerja secara individual atau dalam kelompok kecil.
2.
Tugas
yang diselesaikan adalah persoalan realistik untuk dipecahkan, namun lebih
disukai soal yang memiliki banyak kemungkinan jawaban.
3.
Siswa
menggunakan beberapa pendekatan belajar.
Hasil pemecahan
masalah didiskusikan antara semua siswa Strategi ini banyak dipraktekkan pada
siswa sains, terutama untuk pelajaran matematika.
I.
Penggunaan
Strategi Think-Talk-Write sebagai suatu Strategi Pembelajaran
Suatu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat
menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa adalah
strategi think-talk-write (TTW). Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker &
Laughlin (1996:82) ini pada dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara, dan
menulis.
Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan
siswa dalam berpikir atau bedialog dengan dirinya sendiri setelah proses
membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya
sebelum menulis.
Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW :
1.
Guru
membagi teks bacaan berupa lembaran aktivitas siswa yang memuat situasi masalah
bersifat open-ended dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya.
2.
Siswa
membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk
dibawa ke forum diskusi (think).
3.
Siswa
berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk).
Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.
4.
Siswa
mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write).
Strategi
ini dapat digunakan untuk melatih suswa dari sekolah menengah pertama sampaai
ke jenjang yang lebih tinggi.
J. Strategi Pembelajaran Berbasis Konstruktivis
Strategi
pembelajaran berbasis konstruktivisme menurut Peaget, dapat dikatakan berkenan
dengan seorang anak untuk memperoleh pengetahuan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Pola
intelektual untuk berinteraksi dengan lingkungannya adalah melalui asimilasi.
Bila seorang siswa tidak memiliki pengetahuan memadai untuk menanggapi suatu
situasi yang datang dari lingkungannya, maka ia harus mengubah pola
intelektualnya, sehingga melakukan akomodasi terhadap lingkungannya. Manakala
siswa sudah mampu menyatukan atau mengintegrasikan antara pengetahuan yang ada
pada dirinya atau pengalamannya dengan pengetahuan yang timbul dari
lingkungannya (keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi), dikatakan siswa
telah mengadakan adaptasi.
Selain
Piaget, konstruktivis yang lain yaitu Vygotsky berpendapat bahwa, perkembangan
intelektual anak dipengaruhi oleh faktor sosial. Lingkungan sosial dan
pembelajaran secara natural mempengaruhi perkembangan anak dalam meningkatkan
kekomplekan dan kesitematikan kognitif (Ginsburg at al. 1998:
409). Strategi ini banyak digunakan untuk bermacam-macam mata pelajaran,
terutama matematika. Dan bagus dipakai untuk siswa menengah atas.
Tahapan-tahapan
dalam proses mengajar memiliki hubungan erat dengan penggunaan strategi
mengajar. Maksudmya ialah bahwa setiap penggunaan strategi mengajar harus
selalu merupakan rangkaian yang utuh dalam tahapan-tahapan mengajar. Setiap
proses mengajar harus melalui tiga tahapan.
1.
Tahap
Prainstruksional
Adalah persiapan sebelum
mengajar ingin di mulai. Langkah ini dilakukan oleh guru saat mulai memasuki kelas dan
hendak mengajar. Pada tahap ini guru dianjurkan untuk memeriksa kehadiran
siswa, kondisi kelas, dan kondisi peralatan yang tersedia dengan alokasi waktu
yang singkat.
Setelah itu, guru perlu melakukan ”pemanasan” dengan
menanyakan perihal materi yang disajikan sebelumnya, serta materi yang akan
diajarkan (pre-test). Kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi dengan
mengungkapkan kembali secara sekilas materi yang diajarkan sebelumnya lalu
menghubungkannya dengan materi palajaran yang akan segera diajarkan.
Kegiatan ini penting, karena kediatan belajar dan
memahami materi pelajarn itu kebanyakan bergantung pada pengenalan siswa
terhadap hubungan antar pengetahuan yang telah ia miliki dengan pengetahuan
yang akan diajarkan.
2.
Tahap
Intruksional
Adalah saat-saat
mengajar. Tahap ini merupakan tahap inti dalam proses pengajaran. Pada tahap
ini, guru menyajikan materi pelajaran (pokok bahasan) yang disususn lengkap
dengan persiapan model, metode, dan strategi mengajar yang dianggap cocok.
Seperti jika guru menggunakan metode ceramah atau
metode ceramah plus, maka pada tahap pelaksanaan pengajaran ini, guru sangat
dianjurkan menjelaskan pokok-pokok materi dan tujuannya. Sebelum menguraikan
pokok-pokok materi tersebut lebih lanjut, setiap uraian seyogyanya dilengkapi
dengan cotoh dan peragaan seperlunya.
Terakhir guru hendaknya membuat kesimpulan mengenai
uraian yang yang telah disampaikan. Jika memungkinkan, penulisan kesimpulan ada
baiknya dilakukan oleh para siswa.
3.
Tahap
Evaluasi dan Tindak Lanjut
Adalah penilaian atau
hasil belajar siswa setelah mengikuti pengajaran dan penindaklanjutannya. Tahap
terakhir proses mengajar terdiri atas kegiatan evaluasi dan tindak lanjut
(follow up).
Pada tahap ini guru melakukan penilaian keberhasilan
belajar siswa yang berlangsung pada tahap instruksional. Caranya ialah dengan
mengadakan post test (alat pengukuran prestasi belajar siswa) sesudah
menyajikan materi pelajaran.
Kadar hasil pembelajaran (proses mempelajari sesuatu)
siswa dapat digunakan sebagai pedoman penindak- lanjutan, baik yang bersifat
pengayaan maupun perbaikan.
Ketiga tahapan yang telah dibhas di atas merupakan
satu rangkaian kegiatan terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru
dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel.
Sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh.
Akhirnya,
sebelum meninggalkan kelas, guru dianjurkan untuk memberitahukan pokok bahasan
yang akan diajarkan kepada siswa pada pertemuan berikutnya. Langkah ini yang
sangat sering dilupakan para guru itu cukup penting artinya bagi para siswa
dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi materi baru dengan cara membaca
sumber yang ada di rumah atau di perpustakaan.
Selain
itu, metode mengajar memiliki kelemahan-kelemahan disamping
keunggulan-keunggulannya sendiri. Oleh karena itu guru perlu bijaksana dalam
memilih atau memodifikasi metode yang hendak digunakan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Mengajar
sebagai suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima,
menanggapi menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
2.
Kumpulan
atau set model yang dianggap komprehensif, menurut Tadrif (1989) adalah set
model yang dikembangkan oleh Brunce Joyce dan Marsya Weil dengan katagorisasi
sebagai berikut: Model Information Processing (Tahap Pengolahan Informasi),
Model Personal (Pengembangan Pribadi), Model Sosial (Hubungan Kemasyarakatan),
dan Model Behavioral (Pengembangan Prilaku).
3.
Tahapan-tahapan
dalam proses mengajar memiliki hubungan erat dengan penggunaan strategi
mengajar. Maksudmya ialah bahwa setiap penggunaan strategi mengajar harus
selalu merupakan rangkaian yang utuh dalam tahapan-tahapan mengajar. Setiap
proses mengajar harus melalui tiga tahapan, yaitu tahapan prainstruksional,
instruksional, serta tahapan evaluasi dan tindak lanjut.
B.
Saran
Sebaiknya bagi seorang guru dapat menggunakan media pembelajaran sehingga
siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan dan memotivasi
belajar menjadi lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Abin
Syamsiddin Makmun. 2007. Psikologi Keperibadian Perangkat Sistem
Pengajaran Modul. Bandung:Remaja Rosdakarya
Martinis
Yamin & Bansu I. Ansari. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan
Individual Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press
Sagala,
Syaiful. 2008. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: PT. Alfa
Beta Bandung
Sudirman
dkk. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Suyanto,
Slamet. 2008. Strategi Pendidkan Anak. Jogjakarta: Hikayat
Publising
Syah,
Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.................................................................................................. .... i
Daftar
Isi........................................................................................................... ii
BAB I
Pendahuluan........................................................................................... .... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembahasan......................................................................................... 2
BAB II
Pembahasan.......................................................................................... 3
A. Pengertian
Proses Pembelajaran............................................................... .... 3
B. Contoh
Mengajar...................................................................................... .... 4
C. Pandangan-Pandangan
Pokok Mengenai Mengajar................................. .... 5
D. Model
Pokok Mengajar............................................................................ .... 8
E. Metode
Pokok Mengajar.......................................................................... .... 10
F. Metode
Mengajar Anak-Anak................................................................. .... 14
G. Strategi
dan Tahapan Mengajar................................................................ .... 14
H. Penggunaan
Problem Solving................................................................... .... 22
I. Penggunaan
Strategi Think-Talk-Write.................................................... .... 23
J. Strategi
Pembelajaran Berbasis Konstruktivis.......................................... .... 23
BAB III
Penutup................................................................................................ .... 27
Kesimpulan....................................................................................................... .... 27
Daftar
Pustaka................................................................................................... .... 28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar